Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya

Kadang malu mengaku orang yang hobi baca. Entah kapan terakhir kalinya gue membeli dan benar-benar membaca buku selain komik dan Wimpy Kids *boleh minjam dari si Mr. E

Udah lama denger dari teman kalo ada satu buku yang bagus banget. Semua yang pernah membacanya pasti bilang itu bagus. Kepikiran mau beli, tapi pas ngobrol ama sodara gue, katanya dia punya, sisi ekonomis keluar, pinjam aja deh.

Beberapa minggu berlalu, rasanya bahkan sudah masuk ke hitungan bulan. Alasan jarang bertemu dan lupa mengingatkan, itu buku belum sampe-sampe ke tangan gue. Sampe pada hari Kamis kemaren, karna ada perlu, gue berangkat ke Emporium Pluit. Selesai sama urusan utama, gue mampir ke Gramedia.

Entah berapa lama gue muter-muter mencari buku yang gue butuhkan. Buku yang gue sendiri ga tau tentang apa dan seperti apa. Ketika gue masuk ke toko buku tersebut, gue hanya bermodalkan keinginan untuk membeli sebuah buku yang bisa menjadi bahan bacaan dengan topik dan tema membangun.

Ketika selesai dua-tiga kali bolak-balik di lima atau enam rak buku dengan label buku terlaris atau buku baru dan menemukan beberapa kandidat buku yang akan gue bawa pulang, gue teringat akan buku yang akan gue pinjam dari sodara gue itu. Sambil mikir beli-nggak-beli-nggak, gue berjalan menuju satu rak lainnya. Di sana gue melihat Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya.

Masih sambil menimbang antara beli atau nunggu pinjaman, gue bolak balik halaman di dalamnya. Gue baca sekilas bagian pendahuluan, lalu masuk ke potongan cerita-cerita. Sederhana namun penuh makna. Buku ini dan dua buku lainnya kemudian ikut pulang bersama gue.

Sampai di rumah, yang paling pertama gue buka, udah pasti, adalah Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya. Meski dalam kondisi ngantuk dan cape, gue tetap memaksakan diri untuk tetap membaca. Belum selesai baca, gue udah berencana untuk membaca ulang lagi buku tersebut. Apa yang tertulis di dalam, teralu sayang jika hanya dibaca sekali. Terlalu banyak dhamma yang terkandung di dalamnya. Terlalu banyak yang akan terlewat, apalagi jika membaca tidak dalam kondisi 100% fit.

Gue menyebutnya mengandung dhamma, karena apa yang dijabarkan adalah melulu tentang cinta kasih dan kebijaksanaan, hal yang universal. Bagi awam kaya gue, buku ini bener-bener sangat bermanfaat. Setelah membaca buku tersebut, rasanya tak sulit untuk hidup dalam kebahagian. Bebas dari penderitaan. Bebas dari duka. Atau paling minimal, akan merasakan berkurangnya penderitaan dan duka.

Dan, meski pengarangnya adalah seorang Bikkhu Theravada, cara berceritanya sangat mudah dipahami dan mencerahkan, sesuai dengan judul aslinya: Opening the Door of Your Heart. Buku dahsyat ini telah diterbitkan dalam lebih dari 20 bahasa. Terimakasih kepada penerbit Awareness yang telah membawa dan memperkenalkannya di Indonesia.

Tanpa dipengaruhi dan diiming-imingi dengan apa pun, gue merekomendasikan kepada siapa saja untuk membaca Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya. Karna, gue yakin siapa saja yang pernah berkenalan dan membaca akan mendapatkan manfaat darinya.

Oh yah, buku ini juga memberikan kaos cantik Si Cacing bagi pembaca beruntung yang mengirimkan testimoni tentang buku tersebut setelah selesai membacanya ke sicacing@gmail.com. Pemenang adalah mereka yang testimoninya dimunculkan di blog Si Cacing
-Kaos Si Cacing-
Bagi yang belum beruntung, kaos seharga @ Rp 50.000 tetap dapat dipesan dengan menghubungi penerbit Awareness di 085888503388

Semoga semua mahluk hidup berbahagia



-Ling-

2 comments

Dadang Jun 27, 2010, 3:06:00 AM

Bagus, bagus. Salut atas semangat membacanya yang sangat tinggi, dan mengajak orang lain untuk dekat dengan buku. Sudah membaca buku Trilogi Natural Intelligence: (1) "Melampaui Keserakahan Seekor Nyamuk", (2) "Ketika Kuda Semut dan Gajah Bekerja" dan (3) "Ternyata Semutnya Ada Di Sini"?

Ling Jun 27, 2010, 12:35:00 PM

Terimakasih uda berkunjung..
Semoga Pak Dadang sukses dengan buku-bukunya ^^

Post a Comment