Pengantin Sewaan

Perasaan janggal muncul saat menghadiri acara resepsi pernikahan tetangga hari Sabtu lalu. "Orangtua pengantin lelaki sepertinya bermuka masam. Tak tampak roman 'bahagia' sebagaimana mestinya". Tamu yang datang jg terkesan lenggang.

Dan, si mama berulangkali berkomentar kalo si pengantin perempuan keliatannya beda banget. Karena sebelumnya belum pernah berpapasan, jadinya gue ga bisa membandingkan dan berkomentar banyak.

Tanpa menemukan penyebab kejanggalan, kami meninggalkan lokasi, beranjak menuju resepsi lainnya. Hari itu kami mendapat undangan dari dua pasang pengantin yang berbahagia.

Sore ini, jawaban (sangat) tak terduga menjawab apa yang dirasa. Ternyata, pengantin perempuan yang berdiri di pelaminan waktu itu bukan lah pengantin "asli". Ia adalah seorang Pengantin Sewaan!

Cerita tentang "Pacar Sewaan" di China aja udah cukup menghebohkan masyarakat. Itu pun masih dalam drama televisi. Ternyata masyarakat dalam lingkungan terdekat malah ada yang tak kalah heboh. Di drama hanya pacar, depan rumah malah sewa pengantin.

Tak paham apa yang melatarbelakangi keputusan si lelaki sampai akhirnya menyewa pengantin. Malu karena undangan sudah tersebar? Tapi, malu mana saat kenyataan terkuak? Tak mungkin masalah seperti ini bisa tertutup lama.

Atau jangan-jangan karena ga mau rugi udah membayar panjar? Jadi, sekalian aja dilanjutkan dengan harapan dapat tambahan dari "angpao" yang terkumpul. Jika benar demikian, sungguh terlalu.

Konon, tak hanya tamu yang tertipu dengan pernikahan palsu. Sang Ayah pun tak tahu sampai menit-menit terakhir. Entah modus apa yang melandasi, tapi ini pastinya terlalu.

Kisah pernikahan anak tetangga ini memang wah sejak perencanaannya yang terkesan mendadak. Seperti dugaan pertama yang terlintas dalam pikiran jika mendengar kata nikah dadakan, si calon pengantin perempuan udah isi duluan.

Meski dalam posisi "terdesak" pun dia memutuskan untuk membatalkan pernikahannya padahal segala sesuatunya sudah dipersiapkan. Tak terbayang betapa kecewanya si perempuan dengan si lelaki yang katanya menghabiskan uang gaji di meja judi.

Mungkin ia memutuskan untuk sakit sekalian di awal, ketimbang harus menjalani hidup dengan penjudi yang dijamin akan menderita perlahan dan pasti. Menerima kenyataan sebagai menjalani konsekuensi dari kegagalan "menjaga diri".

Semoga keputusan yang telah diambil merupakan yang terbaik bagi si perempuan, lelaki dan anak yang akan lahir nanti.

Btw, bagaimana yah kira-kira perhitungan si pemberi jasa sewa-menyewa pengantin ini? All in dengan orangtua ataukah disewa secara terpisah!? Eh, sewa-menyewanya ga sampai acara bulan madu kan yah?!?

Sabbe satta bhavanthu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.


-Ling-

0 comments

Post a Comment