Me vs Neighrbors

Nasib tinggal di daerah "perkampungan". Masalahnya pun "kampung" banget!

Sebenarnya seh malu hati sendiri sampai terlibat begini, tapi emosi jiwa uda benar-benar ga terbendung lagi. Siapa yang tahan kalo pulang kerja uda capek, belum lagi abis bertarung dengan macet, masih juga harus freelance jadi tukang parkir dulu biar bisa parkir mobil di rumah sendiri. Jadi lah bom waktu meledak malam tadi.

Diakui, pemicunya memang agak ekstrim. Si Kamu yang uda kesal sampe ke ubun-ubun memindahkan motor yang menghalangi ke seberang jalan. Jaraknya lumayan, sekitar 10-15 meter. Karena kecapean dijalan dan masih harus pindahin empat motor yang dikunci stang, alhasil cuma motor pertama yang dia standar dengan baik. Sisanya dibiarkan tidur. Motor tidak di standar. Dan, meninggalkan pesan "kalo ada yang ga senang, bilang aja gue yang pindahin, gue ada di dalam (rumah)".

Pemilik motor pertama, kaget mendapati motornya hilang, lalu mencari. Engko yang satu ini cukup menyadari kesalahannya (atau karena ga punya nyali) dan pergi begitu saja tanpa mencari tau pelaku dan sebab motornya berpindah tempat.

Pemilik motor kedua (pemeran utama), awalnya gue kira sepasang suami-isteri, karena menebak dari kedekatan dan usia keduanya, tapi ternyata belum. Keluar dari gang, celingak-celinguk nyariin motor. Bolak-balik dari lokasi motor menuju warteg di sudut kanan atas rumah gue, yang pastinya ngelewatin tempat parkir dan rumah gue. Rute terakhir, warteg menuju motornya yang lagi bobo, ngambil batang kayu, trus nyamperin posisi gue dan si Kamu yang lagi nangkring di depan pintu.

Entah sejak kapan pemilik motor kedua dan pasangannya ini berspora, tiba-tiba bertambah satu orang. Si perempuan ga banyak bicara. Dengan gaya jagoan nan sangar si lelaki dan teman baru-nemploknya memulai pembicaraan, yang sejujurnya gue pun udah lupa apa ucapan pertama dan selanjutnya oleh mereka. Apa yang gue jawab juga udah ga ingat rinciannya.

Intinya, si pemilik kedua ini ga terima klo motornya berpindah lokasi dengan posisi tertidur di pinggir jalan ga distandar. Ga terima klo diminta ga parkir di jalanan depan rumah gue. Itu tanah negara dan udah ga masuk dalam batas rumah gue, katanya. Kalo ga suka ada yang parkir di jalanan depan rumah, gue disuruh pasang pagar *Bagian paling aneh. Masa gue harus magarin jalanan?*. Dan, kalo tanah negara dan yang namanya jalanan itu fungsinya untuk parkir apa lalu-lalang kendaraan yah? Gue curiga otaknya uda terjual di tokobagus.com neh.

Di sela-sela ocehan pemilik kedua, temannya ikut nimbrung dan ngajarin gue tentang toleransi hidup bertetangga. "Anak baru" jangan belagu, dia teman alm bokap gue dan dulu bokap gue aja jadi orang ga segitunya kaya gue.

Hello! Kemana aja selama ini? Sejak pinggir jalan Bakti di gusur, diuruk dan dibenerin udah berapa lama yah? Klo gue ga punya rasa toleransi sesama tetangga, selama ini pada parkirnya di mana?! Pake bawa-bawa bokap. Kalo bokap masi ada, gue yakin 1000% kejadian ini ga akan terjadi. Kenapa? Karena ga akan ada yang berani ngelunjak dan parkir sampai gue ga bisa parkir! *maklum bokap rada-rada preman, Cina Batu istilahnya*

Hello part 2, apa yah hubungannya kasus ini sama dia? Yang punya motor juga bukan tapi lagak sok jagoan. Belum lagi ucapannya "anak-anak belakang belum pada tau, kalo gue kasi tau mah, kasian lu". Maksudnya mau main keroyokan?! Ckckck.. Ga semua orang pikirannya sama kaya lu kali. Dan, ga semua orang takut dengan ancaman macam tuh om! Ini negara hukum!

Oh yah, ditengah pertengkaran, tiba-tiba nongol lagi satu orang lelaki yang entah punya hubungan apa. Dia pun tak ketinggalan semangatnya untuk ikut nimbrung membahas masalah batas tanah dan memberikan saran untuk memasang pagar. Tentu tak ketinggalan tema lama kalimat baru, anak baru dan toleransi serta jangan belagu.

Hampir ketinggalan, bagian lucu lainnya dari si pemilik kedua, dia ngoceh-ngoceh ga terima motornya jadi rusak karena ditaro dalam posisi miring. Oli, bensin jadi bocor, kalo ada yang lemparin puntung rokok bakalan langsung terbakar. Meski agak ekstrim, tapi kejadian ini mungkin saja terjadi. Misalnya karena ada orang yang suka dan tau itu motor dia. Ada orang gila lewat trus buang puntung rokoknya ke motor dia.

Ocehan dua, apa jadinya kalo dia mendapati motornya ga berada diposisi dia parkir trus lapor ke polisi kalo motornya hilang atau dicuri?! Well, maksudnya gue jadi tersangka gitu. Okeh, masuk akal. Silahkan dilaporkan kasusnya pada yang berwajib. Kita lihat bagaimana perkembangannya.

Last but not least. Kekeuh ga mau mindahin atau membenarkan posisi motornya. Bahkan mau digaris pake kapur kaya korban pembunuhan gitu dan diambil fotonya. Hemm, sepertinya mau dijadikan barang bukti kalo si Kamu telah melakukan perusakan terhadap motornya. Saran gue, sda, sama dengan di atas. Monggo silahkan.

Rencana mau panggil pak RT, belum sempat ke rumahnya, tiba-tiba pak RT datang. Mau ga mau si RT mendengarkan ocehan gue mengenai masalah parkir babak dua (babak satu udah terjadi malam sebelumnya ketika dia datang ke rumah nganterin surat). Masukan si Kamu, kalo ada kerusakan pada motor bawa ke bengkel dan akan diganti biaya servisnya. Kalo mereka mau lanjut ke pihak berwajib, silahkan diproses, akan kita layani.

Pak RT yang pada dasarnya tanpa mendengarkan ocehan gue pun udah tau permasalahan warganya ini cuma menyarankan sabar. Ga banyak pula yang bisa diperbuatnya selain menyarankan pemilik dua untuk intropeksi diri masing-masing. Lalu dia pun pergi dan mendirikan motor si pemilik dua.

Tetangga lain yang menyaksikan drama malam itu perlahan pun perlahan bubar. Menyisakan beberapa kelompok yang memang tadinya lagi ngobrol.

Kalo dipikir sekarang, hebat juga yah bacot gue. Dikeroyok begitu masih bisa ngebalas dengan baik dan ga ada takutnya. Mereka itu tampang sangar dengan pekerjaan ngandalin fisik dan keberanian, semi-semi preman gitu deh. Apa karena darah bokap? Hahaha..

Hoamm, kantuk yang tadinya hilang tertelan adrenalin sudah datang lagi. To be continue dan met bobo.. ;)

-Ling-

0 comments

Post a Comment